Gabung ke Golkar, Ridwan Kamil Diminta Menangkan Airlangga Hartarto pada Pilpres 2024
Kang Ace Hasan, Politisi Muda Visioner Dan Berkomitmen

BANDUNG – Ngora (Muda), Nyunda (Sundanis), Nyantri (Santri), Nyakola (Terdidik), kata-kata itu bukanlah sebuah kata benda, melainkan kata sifat, dan keempat kata tersebut melekat pada kehidupan sehari-hari seorang politisi Golkar yakni Tubagus Ace Hasan Syadzily.
Salah seorang kader Partai Golkar, Ilham mengatakan, kata ngora (muda) merupakan kata awalan yang pantas di peruntukan bagi Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat (Jabar) yang artinya energik, bergerak lincah, gesit, cepat dan responsif.
“Kang Ace selalu menatap ke depan atau visioner, peka serta berkomitmen terhadap perubahan sosial, tidak hanya itu, kata ngora (muda) juga berarti, bersahabat, akrab, gaul, adaptif, dekat, dan kolaboratif,” katanya.
Kepada golkarjabar.info salah seorang pengurus Kosgoro Kota Sukabumi ini mengungkapkan, ngora (muda) merupakan sebuah karakter dinamis, menyelusup relung-relung waktu, menembus situasi dan segala cuaca, suka tantangan, antusias (ergairah untuk maju), erdaya tahan (endurance), dan pantang menyerah.
“Di benak saya, generasi barudak ngarora (anak muda), selalu menggelorakan idealisme dan kemerdekaan selalu membara dan menghiasi setiap gerak langkahnya, tidak ada kata mentok untuk anak-anak muda,” ungkap Ilham.
Bermimpi, berkarya, dan berjuang, merupakan karakter kaum ngora (para pemuda), maka tidak heran revolusi kemerdekaan revolusi peradaban dunia selalu dimotori oleh kalangan anak-anak muda di dalam negeri (nasional) maupun di dunia (secara internasional).
“Saya melihat itu sama melekat pada diri seorang Tubagus Ace Hasan Syadzily, dan hal tersebut menjadi sebuah motivasi untuk saya khususnya, umumnya untuk pemuda Indonesia,” ucapnya.
Kemudian kata nyunda (sundanis), lanjut Ilham, artinya mengakar tradisi lokal sesuai tempat asal dilahirkan dan dibesarkan yang tidak lain adalah tanah sunda atau pasundan, dimana banyak sekali artefak, budaya, nilai-nilai luhur kebajikan, serta kearifan, tatakrama, kesopanan, dan kesederhanaan.
“Kang Ace sangat nyunda (sundanis) atau orang yang tidak lupa diri terhadap akar budayanya, selalu menyerap kearifan lokal sebagai lokus tempat ia berpijak demi menatap masa depan bangsa,” ujarnya.
Begitu pun nyantri (santri) juga melekat pada diri seorang Tokoh Golkar Jabar sekaligus legislator DPR-RI tersebut, Kang Ace diketahui dilahirkan dan dibesarkan dalam tradisi Islami ditengah pesantren, namun kata nyantri (santri) disini bukan sekadar bermakna simbolik, tapi jauh dari itu.
“Nilai-nilai Islami merupakan sesuatu yang hidup dan nampak pada diri Kang Ace, begitu pun dalam karir politik, beliau selalu mengkloborasikan agamis nasional menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan,” papar Ilham.
Terakhir nyakola (terdidik), Tubagus Ace Hasan Syadzily merupakan putra Jabar yang kaya dengan ilmu akademik, sehingga terdidik dan modern, kata nyakola (teedidik) berarrti berilmu, berpikiran terbuka, membuka cakrawala, dan berwawasan luas atau global.
“Saya melihat Kang Ace, mampu berpikir akademik dan menyelami persoalan bangsa sekaligus berusaha memecahkannya, dengan ilmunya Kang Ace berani mengamalkannya, memegang prinsip dengan teguh, sehingga baik, modern dan profesional,” tambahnya.
Oleh karena itu, dengan karakter ngora, nyunda, nyantri, nyakola tersebut, tak berlebihan, jika sosok Kang Haji Ace merupakan tokoh politisi muda nasional yang santri sekaligus terdidik, bukan hanya menjadi kebanggaan warga sunda melainkan pula masyarakat Indonesia.
“Sebagai kader Golkar di Jabar tepatnya di Kota Sukabumi, saya bangga dengan sosok putra Jabar bernama Tubagus Ace Hasan Syadzily, yang berani mewarnai kancah politik nasional, dan menjadi panutan budak ngora (anak muda) di Jabar,” pungkasnya.@eko