Gabung ke Golkar, Ridwan Kamil Diminta Menangkan Airlangga Hartarto pada Pilpres 2024
Kader Semakin Kompak, Firman : Airlangga Sudah Menjadi Icon Partai Golkar

BANDUNG – Kekompakan kader Partai Golkar adalah modal untuk menghadapi tantangan maupun melesat pada Pemilu 2024, demikian dikatakan Firmab Noor, Peneliti Senior di Pusat Riset BRIN.
Dalam keterangan tertulisnya, Firman menyebutkan Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar, Airlangga Hartarto dinilai memiliki peran besar untuk kestabilan internal partai.
“Ikon atau trademark dari Golkar saat ini ya solidaritas internal yang bagus, terutama pandangan dari pendukungnya, Kominikasi internal yang baik harus lebih masif dan intens,” katanya.
Contoh kasus, Haris Pertama dianggap sudah sangat menyinggung kader Golkar, berlanjutnya pada sikap pelaporan kader Golkar ke Kepolisian, dinilai sebagai bentuk menjaga marwah Ketum Golkar.
“Ini menggambarkan kekompakan ke solidan kader Golkar terhadap Ketum-nya, secara internal, Airlangga berhasil memastikan orang-orangnya menduduki posisi kunci, dan solidaritas partai lebih terjamin,” ujar Firman.
Selain itu, Sabtu (30/7/22) Firman mengungkapkan, adanya Training of Trainer (TOT) Elektronik Kartu Tanda Anggota (EKTA), juga dinilai memberi dampak positif bagi Capres Airlangga Hartarto dan Partai Golkar.
“Golkar memperluas pengenalan masyarakat dan sosialisasi Airlangga untuk mulai melakukan TOT EKTA Partai Golkar, TOT itu dilakukan 1.000 orang per titik,” ungkapnya.
Sekedar informasi, sistem canvassing dan TOT ini merupakan metode modern yang dikombinasikan dengan Teknologi Elektronik KTA Partai Golkar, langkah ini dilakukan secara terus menerus dan menyeluruh.
“Tngkat kabupaten/kota sampai dengan ke desa-desa atau kelurahan, guna memberi dampak positif bagi Capres Airlangga Hartarto dan Partai Golkar, ini sangat bagus dan dinilai sebagai bentuk kerja nyata kekompakan,” ucap Firman.
Namun terakhir Firman mengingatkan, agar jangan sampai melanggar aturan kampanye, sehingga perlu diperhatikan konteks-nya, jadi perlu diamati dengan baik.
“Saya kira perlu diamati dengan baik jangan sampai kalau perkenalan atau kegiatan sosial itu boleh, tapi awas, jangan sampai kemudian dianggap curi start,” pungkasnya.