Jejak Kudeta Dan Penghianatan Kiansantang Di Kerajaan Padjajaran

golkarjabar.com – Semoga tulisan ini berguna untuk kita semua, kita harus betul-betul memahami tentang Padjajaran jangan sampai terpengaruhi dengan bahasa
Tabu dan semu, contoh
Padjajaran hilang karajaanna hilang kotana jeng rahayatna ngahiyang marengan Prabu Siliwangi.

Disini kita harus pandai menafsirkan
bahasa ngahiyang atau mangkat, itu identik dengan pergi jauh atau meninggal dunia/mati
contoh ada bahasa dengan nada halus pembicaraan sepasang sahabat, pun aki parantos mangkat, mangkat kamana, maot mulih kajati mulang kaasalna, iinalilahi..

Semua pegiat sejarah, budayawan Sunda berpendapat Prabu Siliwangi ngahiyang tidayeuh kota 1521 M, artinya lengser keprabon/pensiun lalu beliau pergi ke suatu daerah dan berkeliling ziarah ke semua leluhurnya dan silaturahmi sembari mengontrol rahayat Padjajaran dikarenakan saat itu sudah mulai retak Padjajaran digoyang dengan masuknya penyebaran agama Islam yang menginginkan merubah kerajaan Padjajaran menjadi kerajaan Islam, mengikuti jejak pemerintahan khilafah di Timur Tengah, yang dimotori tim persatuan dagang Timur-Tengah yang diberi karpet merah oleh tokoh Islam saat itu yangg dipimpin syekh Kuro mertua Prabu Siliwangi.

Kembali ke ibukota Padjajaran yang berpusat di Pakuan saat itu terjadi perebutan kekuasaan antara anak anak Prabu Siliwangi yang paling menonjol dalam perebutan itu adalah dari dua istri prabu dari ibu Kentringmanik Mayangsunda yaitu prabu Surawisesa dan dari ibu Subanglarang yaitu Prabu Kiansantang.
Dan saat itu mulai terjadi keretakan di keraton pusat kemaharajaan Padjajaran hingga setelah berbagai cara dan pilihan baikpun adu kesaktian dan berbagai persyaratan maka saat itu terpilihlah PRABU SURAWISESA sebagai pengganti Prabu Siliwangi naik tahta. September 1521 M, sebagai Maharaja . Dan putra putra dari ibu Subanglarang semua pergi ke wilayah Caruban Nagari atau Katumenggungan Padjajaran saat itu. Dan konon menurut sejarah Prabu Kiansantang turut membesarkan Caruban Nagari dan mempererat hubungan dagang dengan Tiongkok dan Timur Tengah berikut para sultan di semenanjung Jawa dan Malaka.
Begitupun dipusat Padjajaran PRABU SURAWISESA mempererat hubungan kerjasama dengan Eropa, terjadilah perjanjian Padrao 1522 M. Kerjasama ekonomi dan pertahanan dimuara Ciliwung Sunda Kelapa. Dari situlah awal mula, sementara Kiansantang mengelola di pelabuan Kertajati kerjasama dagang dengan Tiongkok dan Timur-Tengah serta para sultan Jawa. Mulai terjadi persaingan dagang antara pusat dan Kertajati Caruban.

Persaingan dagang meningkat panas menjadi persaingan politik konon menurut kakek saya, saat itu Caruban meminta dukungan pusat Padjajaran menginginkan jadi wilayah independen dengan membentuk pemerintahan sendiri, setelah syekh Syarif Hidayatullah datang dari Mesir dan ditikahkan dengan putri Pakungwati putri Kiansantang dan mendapat restu dari pusat Padjajaran hingga terbentuklah Kasultanan Caruban Nagari/Cirebon dan memakai dasar pemerintahan Kertagama, dan sangat hebat kemajuan Cirebon dari berbagai aspek ekonomi dan perdagangan.
Dan entah dosa apa yang dilakukan leluhur saya Surawisesa, ternyata Cirebon melakukan kerjasama strategis dengan berbagai Sultan Jawa Tengah dan Jawa Timur, sembilan kesultanan didukung Sultan Malaka, pada 1527 M melakukan serangan umum ke ibukota Padjajaran, kasarnya kudeta, padahal Surawisesa dan Kiansantang itu kakak beradik beda ibu, dan begitu bijaknya Surawisesa, setiap permintaan Kiansantang dikasih kebijakan apapun. Tapi saya sebagai keturunan merasa tidak habis pikir, dengan kejadian itu, maka setelah serangan gabungan 1527 M tumbanglah Surawisesa, beliau pergi dari ibukota mengikuti jejak Prabu Siliwangi karena tidak mau menyaksikan kehancuran Padjajaran dan rakyat dibantai oleh pelaku penyerang saat itu. Maka ibukota mulai saat itu dikuasai, gabungan penyerang. Selanjutnya, pemenang perang saat itu melakukan operasi besar-besaran untuk membunuh seluruh raja bagian Padjajaran, mulai 1527 M sampai 1589 M.
Diantara raja loyalis Surawisesa,
Raja Talaga, dibunuh dihabisi beserta putra dan keluarganya, Raja Jampang, Raja Sukakerta, Raja Limbangan, Raja Tanjung Singuru adalah mertua Surawisesa. Raja Pakuan
Terakhir Rajagaluh Ciamis saat ini yaitu Prabu Cakraningrat. Semua raja bagian Padjajaran dan yang mendukung Kemaharajaan Surawisesa semua mati dibunuh para konspirasi gabungan saat itu. Berkuasalah persekutuan Wali Songo didukung Tiongkok dan Timur Tengah, di tanah Padjajaran tumbanglah Padjajaran lalu wilayah Padjajaran dibagi-bagi, diatur oleh mereka pemenang perang dimotori prabu Kiansantang dan Syarif Hidayatullah.
Diantaranya SUNDA KELAPA, diserahkan ke Fatahillah, Banten didirikan kasultanan. Dan Priangan Timur dikuasai Mataram, mulai 1600 M. Padjajaran hancur tidak ada lagi, mulailah penjajahan, Mataram dengan membentuk para Adipati ditanah Padjajaran, termasuk Cirebon sendiri berubah dari gelar Sultan Tumenggung
Menjadi sultan Adipati. Diantaranya : Adipati Galuh, Adipati Sukapura, Adipati Sumedang, Adipati Garut dll. Jadi saya sebagai keturunan Surawisesa berpendapat sama, bahwa Padjajaran tidak pernah hilang, mau tanahnya, rakyatnya, istananya yang hilang adalah kekuasaan dan daerah administrasinya. Karena direbut dan dikuasai Mataram dan Demak yang dipelopori putra putri dari ibu Subanglarang, mungkin karena tidak setuju terhadap leluhur saya sebagai pengganti Prabu Siliwangi menjadi maharaja di Padjajaran.

Saya menulis peristiwa ini bukan untuk mengungkit tetapi untuk bahan pengetahuan apa yang sebenarnya terjadi dimasa lalu, baik buruknya harus jelas dan kepada para keturunan raja raja Padjadjaran, agar mengetahui peristiwa pembunuhan terhadap leluhur kita semua, siapa pelakunya saat itu atas pembunuhan, Raja Talaga, Raja Galuh, Raja Sukakerta, Raja Pakuan, Raja Limbangan, Raja Jampang Banten dll.
Pada dasar utama adalah persaingan ekonomi perdagangan dan saat itu agama Islam yg dijadikan tunggangan politik. Mengkafir-kafirkan pejabat dan raja raja Padjajaran, padahal semua raja yang dibunuh mulai operasi 1527 sampai 1589 M, semua beragama Islam, saya yakin karena Prabu Siliwangi itu sudah Islam dengan menikahi ibu Subanglarang, itulah buktinya beliau Islam. Hanya Kerajaan saat itu bukan memakai dasar agama Islam tapi nasionalis yaitu Siliwangi dan sistem Federasi/Padjajaran, artinya menganut sistem negara bagian persekutuan, contoh saat ini Amerika Serikat terdiri dari 51 negara bagian. Itulah persi sejarah turun temurun dari keluarga Surawisesa. Hikmahnya orang Padjajaran jangan mudah disetir dengan pemahaman politik, mau itu yang membawa sara/agama atau kapital/ekonomi, jadilah orang Padjajaran yang berprinsip Siliwangi. Kita bercermin kemasa masa Padjajaran yang di kudeta yang dibunuh, dan pengkudeta dan pembunuh pun sudah pada meninggal dunia. Mari kita membuka lembaran baru untuk memperbaiki tatanan sejarah yang baik dan benar, logis rasional, jangan mudah percaya dengan berbagai buku yang diciptakan kaum penjajah. Yang menguasai Padjajaran dari 1600 M sampai saat ini. Dijajah Mataram,
VOC Hindia Belanda, Dainipon Jepang.
Dan hari ini, jaman NKRI mari kita benahi aspek sejarah berbangsa bernegara didalam UUD 1945 ada hak yang diatur dalam pasal 18a, 18b, 28i dan aturan cagarbudaya.

Inilah jawaban dari berbagai argumen,
saya yang bertangung jawab
Penulis : ROHIDIN SH. PK. VIII
trah Surawisesa generasi ke IX Sultan Selaco.

Bagikan dengan klik salah satu sosmed dibawah ini :

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.